Jumat, 11 Januari 2013

Opini

HMI: Komunitas Intelektual

Jumat, 11 Januari 2013 | 16.39
Oleh: Nani Efendi

- Tradisi berwacana tidak boleh hilang dari organisasi yang bernama HMI. Tradisi berwacana adalah salah satu  bentuk aktivitas kaum intelektual. Para Founding Father bangsa Indonesia seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan lain-lain, berhasil mendirikan Negara ini karena berawal dari tradisi berwacana. Ingat, bahwa sesuatu itu berawal dari ide. Oleh karena itu,  pergulatan ide atau pemikiran mesti terus dihidupkan di HMI. Berwacana adalah salah satu cara untuk menemukan ide-ide segar dan cerdas. Berpikir, berdebat, berdiskusi, berpolemik (debat lewat tulisan), berdialektika, melakukan kajian dan penelitian ilmiah, membaca, menulis, dan lain sebagainya, adalah beberapa hal yang merupakan bentuk aktivitas  kaum intelektual. Nah, kader-kader HMI yang mengklaim dirinya sebagai kader-kader intelektual, mestinya juga melakukan aktivitas-aktivitas intelektual itu.

Kader-kader HMI itu harus banyak membaca. Minimal, 8 jam dalam seminggu. Kader-kader HMI harus memiliki kebanggaan membawa buku ke mana-mana. Literatur atau bahan bacaan kader-kader HMI harus harus beragam. Kader-kader HMI tidak boleh hanya tahu dengan disiplin ilmu yang ia pilih di kampusnya saja. Ia juga harus banyak menambah dan menimba ilmu di luar kampus. Karena, jika kader-kader HMI kurang membaca, wawasan sosialnya menjadi sempit. Jika wawasan sosialnya sempit, sense of crises atau kepedulian sosialnya juga kurang. Oleh karena itu, membaca berbagai macam bacaan seperti buku-buku, jurnal ilmiah, majalah, artikel, koran, makalah-makalah, serta berbagai macam karya ilmiah lainnya, harus terus dilakukan oleh kader-kader HMI. Di samping itu, meng-up date informasi lewat media elektronik seperti dari televisi, radio, dan lain-lain juga harus terus dilakukan secara kontinu. Fasilitas internet yang mudah diakses di mana-mana saat ini, juga harus dimanfaatkan oleh kader-kader organisasi yang berdiri tahun 1947 silam itu. Kenapa saya katakan HMI adalah komunitas kaum intelektual? Karena, hal itu tercermin dari tujuan HMI itu sendiri, yakni, “Terbinanya insan akademis…” Nah, insan akademis itu adalah insan intelektual. Insan yang selalu belajar dan menuntut ilmu serta mengembangkan ilmu pengetahuan, melalui kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada kehidupan sosial.

Aktivitas Menulis
Ada satu hal yang teramat penting dari kegiatan kaum intelektual dan itu sering tidak disadari oleh kader-kader HMI, yaitu menulis. Aktivitas menulis harus dihidupkan di kalangan kader HMI. Oleh karena itu, mading (majalah dinding) harus tersedia di sekretariat HMI sebagai tempat publikasi ide dan pemikiran dari kader-kader HMI yang lagi kegenitan intelektual. Kader-kader HMI jangan hanya jago beretorika secara lisan, tetapi juga mampu menuangkan pemikiran, ide, kritikan, dan lain sebagainya dalam bentuk tulisan. Saya menginginkan suasana di sekretariat HMI penuh dengan tulisan-tulisan kader HMI, bukan hanya gelas-gelas kopi dan puntung rokok yang bertebaran di sana-sini. Saya berharap, ke depan, kader-kader HMI memiliki keranjingan menulis sebagai bentuk kecintaannya pada dunia akademis dan intelektual
Apa yang harus ditulis? Apa saja. Mulai dari persoalan daerah, isu nasional, sampai kepada masalah-masalah internasional. Mulai dari persoalan keorganisasian dan kemahasiswaan sampai kepada persoalan sosial, politik, ekonomi, keagamaan, dan lain-lain. Jadi, banyak sekali yang bisa ditulis. Di samping itu, banyak yang bisa didapatkan dari kegiatan menulis, di antaranya bisa mengasah kemampuan intelektual dan ketajaman berpikir seseorang.

Enam Skill Dasar
Dalam menghadapi tantangan zaman ke depan, agar kader-kader HMI tetap mampu bersaing dan memiliki kiprah dan peran yang besar dalam berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara, ada beberapa skill yang harus dimiliki dan dikuasai oleh kader-kader HMI. Skil dan kompetensi itu ialah sebagai berikut.

Pertama, penguasaan terhadap bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Ke depan, banyak sekali penggunaan bahasa Inggris dalam berbagai bidang kehidupan. Kata Bung Hatta, “Jika kita tidak menguasai bahasa asing, maka kita tidak mampu memiliki derajat tertentu.” Untuk bisa go-nasional dan go-internasional, penguasaan bahasa Inggris mutlak harus dikuasai oleh kader-kader HMI. Tanpa skill bahasa Inggris yang memadai, sulit bagi kader-kader HMI memasuki sektor-sektor penting dan strategis di republik ini.  Oleh karena itu, kuasai bahasa Inggris! Tidak ada kata terlambat. Kita bisa jika kita mau.

Kedua, sebagaimana yang saya jelaskan di atas, keterampilan menulis. Sebagian besar tokoh, baik nasional maupun dunia, memiliki kemampuan menulis. Dan itu bisa kita buktikan dari karya-karya tulis  mereka. Tokoh yang paling brutal sekalipun seperti Adolf Hitler ternyata punya karya tulis, yaitu buku yang berjudul Main Kampf (Perjuanganku). Karl Marx, “nabi”-nya kaum komunis juga punya karya tulis, yakni Das Kapital yang merupakan “kitab suci”-nya kaum komunis. Bukunya sampai hari ini masih dipelajari di banyak perguruan tinggi di dunia. Di Indonesia, sebagian tokoh-tokoh besar punya karya tulis. Nurcholish Madjid yang selalu dibanggakan oleh anak-anak HMI, punya segudang tulisan. Amin Rais punya banyak tulisan, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel di surat kabar. Yusril Ihza Mahendra, Mahfud MD, Gus Dur juga demikian halnya. Coba perhatikan tokoh-tokoh dan orang-orang hebat, rata-rata mereka punya tulisan, baik dalam bentuk buku maupun karya tulis lainnya seperti artikel, karya ilmiah, maupun tulisan-tulisan lepas lainnya. Mario Teguh juga punya karya tulis dalam bentuk buku. Nah, adakah kader-kader HMI menyadari hal ini? Oleh karena itu, menulislah. Karena, tanpa memiliki skill menulis, bagaimana kita bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dan pemikiran kita? Kalau hanya melalui lisan, daya jangkaunya terbatas. Hari ini kita sampaikan, beberapa hari ke depan sudah dilupakan orang. Bandingkan dengan bahasa tulisan. Bahasa tulisan bisa lebih lama bertahan, bahkan lebih lama dari usia orang yang menulisnya. Tulisan memiliki daya jangkau yang luas. Tulisan-tulisan bisa tersebar ke berbagai penjuru dunia. Ilmu pengetahuan bisa berkembang sampai saat ini dikarenakan bahasa tulisan. Dan bahasa tulisan menjadi pembeda masyarakat beradab (civilized) dengan masyarakat biadab (uncivilized). Itulah kehebatan bahasa tulisan.

Ketiga, penguasaan terhadap IT (information technology). Segala hal yang berhubungan dengan IT ini harus dikuasai oleh kader-kader HMI. Ke depan, tidak ada lagi kader-kader HMI yang tidak bisa mengoperasikan computer. Semua kader HMI harus melek teknologi. Kader-kader HMI harus menguasai hal-hal yang berhubungan dengan dunia maya atau seluk beluk internet. Jaringan internet merupakan sumber informasi yang sangat besar dewasa ini. Bayangkan, satu informasi di Google, kalau dicetak, akan menghasilkan kertas setinggi 1 setengah mil. Suatu kemajuan yang menakjubkan. Nah, untuk bisa mengakses informasi yang up to date, kader-kader HMI harus menguasai teknologi informasi.

Keempat, communication skill. Communication skill atau keterampilan berkomunikasi, merupakan  salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh kader-kader HMI agar bisa sukses dalam banyak hal. Pembicara sukses dan dibayar mahal di Amerika, J. Larry King mengatakan, “Orang yang sukses adalah pembicara yang sukses, dan sebaliknya.” Termasuk ke dalam skill ini adalah keterampilan berbicara di depan umum (public speaking), seperti pidato, memimpin rapat, presentasi di forum-forum, dan lain sebagainya.

Kelima,  kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, dan rasional. Kemampuan ini penting dimiliki sebagai bekal dalam hidup. Yang membedakan lulusan SLTA dengan lulusan perguruan tinggi adalah kemampuan berpikir ini.

Keenam, kemampuan kepemimpinan dan manajerial. Kemampuan ini—yang saya istilahkan dengan leadership and managerial skill—sangat penting dimiliki oleh seseorang. Kemampuan ini bisa didapat lewat aktivitas organisasi. Itulah pentingnya berorganisasi. Di organisasi kita bisa belajar menjadi pemimpin, belajar seluk-beluk administrasi, belajar dasar-dasar manajemen, dan lain sebagainya. Untuk berprofesi dan mencapai karir apapun, skill ini harus dimiliki. Mau jadi politisi, pengusaha, birokrat, maupun profesi lainnya, skill ini harus ada. Ini juga termasuk skill dasar yang harus dimiliki agar seseorang bisa sukses dalam hidup.

Itulah keenam skill dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh kader-kader HMI, sebagai kader umat dan kader bangsa yang muslim, intelektual, dan professional yang akan mewujudkan masyarakat adil makmur dan diridhai Allah s.w.t. Yakin Usaha Sampai dan usaha sampai yakin!                                                                                                                               

Nani Efendi
Aktivis dan mantan Pengurus HMI Cabang Kerinci
Komentar
 

Category 2

.