Oleh: Nani Efendi
Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Rabu, tanggal 19 Desember
2012, terjadi antrian kendaraan sepanjang kurang lebih 1 kilo meter di
jalan perbatasan Kerinci-Merangin. Kondisi itu disebabkan oleh satu buah
mobil truk dan sebuah alat berat terperosok pada lubang besar tepat di
tengah badan jalan. Akibatnya, kendaraan yang akan menuju Kerinci maupun
yang akan keluar dari Kerinci menjadi terhambat dan terpaksa mogok
lebih satu malam. Untuk bisa masuk ke Kerinci, tidak sedikit yang
berbalik arah dan terpaksa lewat Solok, Sumatera Barat. Keadaan seperti
itu bukanlah hal yang pertama dialami masyarakat Kerinci. Kondisi ini
adalah yang kesekian kalinya dialami masyarakat Kerinci sejak lama,
terlebih lagi ketika terjadi hujan lebat. Ketika musim hujan, jalan bisa
mengalami longsor karena struktur tanahnya yang tidak mendukung.
Kondisi itu diperparah lagi dengan ukuran jalan yang terlalu sempit.
Kalau untuk menuju kabupaten lain yang ada di Provinsi Jambi orang bisa
menggunakan jalan yang lebar dan mulus, tidak demikian halnya dengan
jalan menuju Kerinci. Setidaknya itulah yang dirasakan masyarakat
Kerinci di bawah kepemimpinan empat gubernur. Empat gubernur itu ialah
Maschun Sofwan, Abdurrahman Sayuti, Zulkifli Nurdin, dan Hasan Basri
Agus (HBA) yang sekarang ini sedang menjabat. Dalam artikel ini, saya
tuliskan hanya empat gubernur karena hanya itu—sampai saat ini— yang
saya ketahui dan saya rasakan langsung. Karena, saya belum lahir di
zaman sebelum Gubernur Maschun Sofwan, S.H.
Kondisi jalan yang tidak layak, membuat masyarakat selalu mengeluh
ketika melewati jalan itu. “Kapan yah jalan Kerinci menuju Jambi menjadi
baik. Kapan yah kita bisa berkendaraan dengan cepat dan nyaman sehingga
tidak terlalu menyita waktu untuk bisa sampai ke Kota Jambi?” adalah
pertanyaan yang sering terlontar dari masyarakat ketika berkendaraan di
jalan yang menghubungkan Kerinci dengan Kabupaten Merangin itu. “Kami
tidak butuh kunjungan yang sering, tetapi kami butuh pembangunan yang
nyata di Kerinci. Untuk apa berkunjung sampai 50 kali kalau toh
pembangunan di daerah kami ini tidak ada kemajuan.” Itulah komentar yang
muncul dari masyarakat ketika Bang Zul mengatakan bahwa ia cinta
masyarakat Kerinci. Kerinci adalah daerah di Provinsi Jambi yang paling
sering ia kunjungi selama ia menjabat Gubernur Jambi.
Janji Tinggal Janji
Infrastruktur jalan adalah urat nadi perekonomian masyarakat. Tanpa
infrastruktur jalan yang baik, kemajuan suatu daerah akan terhambat.
China adalah contoh yang bisa kita jadikan inspirasi dalam hal ini.
Dulu, sebelum dilaksanakan pembangunan infrastruktur jalan secara
besar-besaran, China belum tergolong kepada Negara maju. Akan tetapi,
saat ini, China sangat diperhitungkan dunia. Bahkan, diprediksi, China
bisa mengalahkan Negara-negara maju selevel Amerika Serikat, Inggris,
Prancis, dan lain sebagainya. Merujuk kepada Negara-negara lain semisal
China yang sangat memperhatikan pembangunan infrastruktur jalan untuk
kemajuan negaranya, semestinya pemerintah kita juga bisa berupaya
sungguh-sungguh untuk melakukan hal yang sama. Dalam hal sumber daya,
Negara kita tidak kalah dengan China. Negara kita kaya akan sumber daya
alam. Hanya kuncinya saat ini adalah kemauan (political will) yang
sungguh-sungguh dari pemerintah untuk membangun. Selama ini, political
will dan political action (kemauan politik dan tindakan politik) dari
keempat gubernur untuk memperhatikan dan membangun Kerinci tidak
terlihat nyata. Yang saya perhatikan selama ini—di bawah kepemimpinan
empat gubernur—kemauan yang sungguh-sungguh untuk membangun Kerinci,
khususnya jalan Kerinci-Merangin, tidak ada. Kalaupun ada, hanya masih
setengah hati. Pembangunan jalan Kerinci-Merangin masih bersifat tambal
sulam.
Janji untuk memperbaiki dan membangun infrastruktur jalan
Kerinci-Merangin sepertinya hanya janji tinggal janji. Tidak sesuai
antara cita dan kenyataan. Dari zaman Gubernur Maschun Sofwan, sampai
Gubernur Zulkifli Nurdin, tidak pernah kelihatan upaya yang benar-benar
serius dan sungguh-sungguh untuk membangun infrastruktur jalan menuju
Kerinci yang lebih baik. Sehingga, sampai saat ini akses menuju Kerinci
menjadi terhambat. Dan perkembangan daerah pun secara umum juga menjadi
terhambat.
Saat ini, akses ke Kerinci hanya bisa melalui tiga jalur, yakni jalur
dari Kabupaten Merangin, jalur dari Provinsi Bengkulu, dan jalur dari
Solok, Provinsi Sumatera Barat. Saat ini, kondisi dari ketiga jalur itu
dalam kondisi yang tidak layak. Hanya jalan dari arah Solok, Provinsi
Sumatera Barat yang agak lumayan baik. Nah, yang ironisnya, kalau ada
pejabat-pejabat Provinsi maupun pejabat pemerintah pusat yang akan masuk
ke Kerinci, mereka memilih jalan via Sumatera Barat. Begitulah yang
terjadi selama ini. Pejabat Provinsi, seperti gubernur, lebih memilih
jalan via Sumbar, ketimbang membangun jalan di provinsinya sendiri.
Seharusnya, kita malu. Kenapa kita harus lewat provinsi orang,
sementara provinsi sendiri ditelantarkan.
Butuh Langkah Kongkrit
Sekarang ini, di bawah kepemimpinan Hasan Basri Agus (HBA), rakyat
Kerinci masih menaruh harapan besar. Mungkinkah kemajuan pembangunan
akan terjadi di Kerinci dalam masa jabatan HBA? Kita tidak bisa
memastikan. Bisa iya, tetapi bisa juga tidak. Yang jelas, rakyat Kerinci
tidak butuh janji. Rakyat kerinci saat ini butuh langkah kongkrit.
Sudah terlalu lama rakyat Kerinci menderita tidak bisa menikmati akses
jalan yang cepat dan nyaman di daerah perbatasan Kerinci dengan
Kabupaten Merangin itu. Cukuplah rakyat Kerinci dibuai dengan
janji-janji manis sewaktu kampanye. Saat ini, rakyat Kerinci
menginginkan kebijakan nyata, bukan visi-misi yang tidak jelas
wujudnya. Pemerintah Provinsi Jambi saat ini harus melakukan
langkah-langkah kongkrit bukan hanya kebijakan yang bersifat pencitraan.
Masyarakat sudah terlalu jenuh dengan politik pencitraan. Cukuplah
rakyat Kerinci menderita tidak bisa menikmati jalan yang layak semenjak
zaman penjajahan Kolonial Belanda dan penjajahan Jepang. Sekarang, sudah
saatnyan dengan niat yang baik dan sungguh-sungguh kita akhiri kondisi
ini dengan segera.
Pemerintah Provinsi Jambi dengan didukung oleh Pemerintah Kabupaten
Kerinci dan Pemerintah Kota Sungai Penuh, serta partisipasi dari seluruh
elemen masyarakat Kerinci dan pihak-pihak yang berkepentingan (stake
holder), kita berharap jalan Kerinci-Merangin segera berubah. Namun
demikian, sebagai bangsa pemaaf, kita tidak boleh mengumpat kepada
gubernur-gubernur sebelumnya. Mungkin itulah yang mampu mereka perbuat
untuk Kerinci. Tinggal sekarang Pemerintah Provinsi yang sedang berkuasa
saat ini untuk merubah kondisi itu menjadi lebih baik. Pemerintah
Provinsi Jambi mulai saat ini mesti harus melakukan langkah kongkrit
dengan segera. Mampukah HBA memenuhi harapan rakyat Kerinci akan
infrastruktur jalan Kerinci-Merangin yang layak, sehingga keluhan dan
kekecewaan masyarakat Kerinci selama ini bisa terobati dan akses
masyarakat Kerinci pun tidak terhambat? Kita tunggu saja.
Nani Efendi
Pengamat, tinggal di Jambi
Sumber: jambiekspres.co.id