Sabtu, 16 Februari 2013

Peristiwa

Dodi Penerbang Paralayang 1,5 Jam Terkatung-katung di Awan

Sabtu, 16 Februari 2013 | 16.20
SaktiNews.comSungai Penuh- Dodi Aryanto, akhirnya mendapatkan penghormatan sebagai penerbang terpilih, setelah berhasil menaklukkan tantangan alam, karena berhasil mendarat dengan selamat. Dodi berhasil selamat setelah terseret angin badai selama 1,5 jam, saat sedang mengudara dengan paralayang.

PENGHORMATAN tersebut, ditandai dengan upacara yang digelar di lapangan Dandim 0417 Kerinci. Upacara juga diwarnai dengan penyiraman air kembang, yang dihadiri oleh pembina dan sesepuh KAC, serta perwira dan anggota Kodim, Kamis (14/2) kemarin.

Dodi Aryanto bersama sejumlah anggota KAC lainnya, melakukan penerbangan pada Rabu (13/2) kemarin, sekitar pukul 02.30 WIB sore.

Ditemui Tribun seusai acara penyiraman air kembang, pria kelahiran 17 November 1980 ini, mengaku pengalaman yang baru saja didapatkannya tersebut, sungguh luar biasa. Dia mengakui bisa berhasil mendarat dengan selamat, berkat pelatihan yang didapatkannya selama ini.

”Rasa cemas saat terkatung-katung di tengah angin badai dan awan hitam, serta berada di ketinggian pasti ada. Untung saya sudah dilatih dan mendapatkan ilmu bagaimana cara mengatasi masalah saat di udara. Kalau orang lain mungkin sudah mati suri,” kata Dodi, sambil menceritakan pengalaman yang baru saja dilaluinya.

Saat peristiwa tersebut terjadi, dia sedang terbang indah dan mendapatkan angin yang bagus. Namun tanpa bisa diprediksi, tiba-tiba datang angin badai yang disertai hujan, sehingga dirinya terseret dan tidak bisa mendarat pada tempat yang direncanakan.

”Walaupun hujan deras dan payung basah, saya terus terbang karena payung tetap stabil dan tidak melipat. Meskipun saya tidak bisa lagi melihat daratan karena tebalnya awan, saat itu komunikasi saya dengan rekan-rekan yang ada di bawah tetap berlangsung,” jelasnya.

Saat payung semakin menjauh terbawa angin, jangkauan antena HT yang digunakannya pun akhirnya terputus. Dan dia pun akhirnya mengambil sikap, sesuai dengan ilmu yang sudah didapatnya di KAC, untuk mencari tempat aman melakukan pendaratan.

”Saya langsung mengarahkan payung ke tempat yang lebih terang, agar kondisi di bawah bisa terlihat. Saat daratan terlihat, ternyata saya sudah berada di tengah hutan. Namun saya tetap mendarat sesuai prosedur, dan akhirnya selamat tanpa mengalami cidera,” kenang bapak dua orang anak ini.

Dodi mengaku, ini merupakan mukjizat baginya, karena sudah mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, dan mungkin tidak bisa didapatkan oleh penerbang lainnya. Dia bersyukur dan berjanji akan membagikan pengalaman ini kepada juniornya nanti.

”Saya mengimbau putra dan putri Kerinci, yang ingin punya kemampuan terbang layang, jangan pernah ragu dan latihan sesuai dengan petunjuk pelatih. Asalkan kita bisa tenang dan mengendalikan payung, insyAllah tidak akan ada bahaya,” tegasnya.

Kendatipun berhasil mendaratkan payung dengan selamat, pria yang memiliki rekor terbang selama dua jam di udara ini mengatakan masalah baru kembali muncul. Pasalnya, saat pendaratan cuaca sudah mulai gelap. ”Saya mendarat pukul 17.00 WIB. 30 menit setelah itu, tim penyelamat sudah menemukan saya,” katanya.

Karena tidak ingin mengambil risiko yang lebih besar lagi tambahnya, dia bersama tim penyelamat yang berjumlah 14 orang, memilih jalur menelusuri sungai, agar tidak tersesat lebih jauh ke dalam hutan. Kondisi makin kondusif karena seorang anggota tim ada yang sudah pernah melewati jalur sungai tersebut.

”Karena suasana gelap, dan jalur yang kami lalui licin, sehingga memperlambat gerakan kami. Dan kami baru berhasil keluar dari dalam hutan sekitar pukul 04.00 WIB pagi. Namun, sepanjang perjalanan keluar hutan, kami terus berkomunikasi dengan pembina KAC, dan anggota TNI yang berada di pos-pos pencarian,” pungkasnya. (tribunjambi.com)
Komentar
 

Category 2

.