Kamis, 07 Maret 2013

Polhuk

Caleg DPR RI bersaing Ketat, Popularitas Faktor Penentu

Kamis, 07 Maret 2013 | 19.26
SaktiNews.com, JAMBI – Persaingan dalam perebutan kursi parlemen di DPR RI bakal ketat. Pasalnya, tokoh-tokoh yang maju di untuk DPR RI, selain merupakan figur yang banyak dikenal masyarakat, juga memiliki materil yang cukup. Sebut saja misalnya, dari Gerindra, yang maju sebagai Caleg DPR RI, istri Usman Ermulan yang notebene merupakan bupati Tanjabar, Esrita Usman. Kemudian Golkar akan mengusung istri Bupati Tebo, Saniatul Latifa. PAN akan mengusung kembali H Bakri yang notebene hari ini masih merupakan anggota DPR RI. Kemudian ada juga nama H Chairul Naim M Anik. Demokrat sendiri akan mengusung AS Budiyanto yang merupakan Ketua DPC Demokrat Kota Jambi. Figur calon DPR RI dari PPP sendiri yakni Dra Elviana MSi, dan banyak lagi figur terkenal lainnya yang akan maju di DPR RI tersebut.

Pemilu 2014 mendatang menjadi persaingan ketat para caleg yang akan beradu memperebutkan tiket partai menuju kursi empuk di parlemen.

Persaingan kuat sudah berlangsung di dalam internal partai agar terdaftar pada Daftar Caleg Tetap (DCT). Ilustrasi itu persis mewakili aroma persaingan para bakal calon Anggota DPR RI asal Jambi yang bakal berebut kursi di Senayan nanti. Sementara jatah masing-masing partai hanya 7 caleg, tetapi yang ingin maju lebih banyak.

Jago-jago politik lokal beradu dengan mereka yang masih baru namun punya jaringan politik dan financial mapan, plus legislator incumbent yang akan kembali bertarung dipastikan menghadirkan persaingan yang sangat ketat, sengit dan sudah pasti berat. Persaingan ini juga membuat kader partai satu persatu mulai terpecah belah. Meski pengurus partai pada awalnya berikrar selalu setia dan komit kepada partainya.

Seperti yang terjadi ditubuh Golkar, karena Esrita Usman tidak mendapatkan peluang sebagai Caleg, suaminya Ketua Wantim DPD Golkar Provinsi Jambi, Usman Ermulan hengkang dari Golkar dan memilih bergabung ke Gerindra.

Dari Golkar sendiri, ada beberapa nama yang akan maju ke Senayan. Seperti Zoerman Manap yang juga Ketua DPD I Golkar Provinsi Jambi, Selina Gita saat ini merupakan Anggota DPR RI Dapil Jambi, Saniatul Latifa istri Sukandar Bupati Tebo dan beberapa nama lainnya.

Ditubuh PAN juga terjadi persaingan, dari kuota tujuh kursi, ada sekitar 8 nama yang disebut-sebut bakal maju. Nama-nama tersebut seperti H Bakri dan Herman Kadir yang masih duduk sebagai Anggota DPR RI Dapil Jambi, kemudian Chaerul Naim mantan Anggota DPR RI. Selanjutnya Dedi Masyuni dan Wahab Hasyab, keduanya masih duduk sebagai Anggota DPRD Provinsi Jambi, Amran Karim dan dua orang perwakilan perempuan lainnya.

Demokrat juga demikian, nama-nama yang muncul melebihi dari lima kuota caleg laki-laki dan dua jatah caleg perempuan. Nama-nama yang akan maju dari partai berlambang merci tersebut seperti, calg incumbent Indrawati Sukadis dan Sofyan Ali, Ketua DPC Demokrat Kota Jambi As Budianto, Kamelia Hasib, Zulfikar Achmad, Paut Sakarin, Bambang, Jefri Hamas dan Effendi Hatta Ketua DPRD Provinsi Jambi.

Pengamat Politik Jambi, Jafar Achmad mengatakan, hal ini dikarenakan system demokrasi yang menggunakan suara terbanyak dalam Pemilu Legislatif.

“Sistem demokrasi yang menggunakan suara terbanyak ini konsekuensinya selalu popularitas. Kemudian siapa yang memungkinkan bisa meraup suara terbanyak, ini yang diutamakan. Ini kepentingan partai. Kadang persoalan kaderisasi jadi terabaikan,” katanya.

Dengan system ini, factor kaderiasi dan loyalitas terhadap partai bisa dikesampingkan. Untuk mendulang suara itu ada dua yang paling utama, yakni popularitas dan kekuatan financial seorang caleg tersebut. Jadi dalam perebutan jatah yang terbatas ini, ada pihak yang harus mengalah dan dikalahkan.

“Konsekuensi kekalahan itu bermacam-macam, ada yang sakit hati, merasa dilecehkan, merasa diremehkan. Responnya juga bermacam-macam, ada yang mau menerima dan tidak mau terima, yang mau menerima dia akan legowo menunggu kesempatan berikutnya, kalau tidak terima kadang-kadang bisa pindah partai atau menggembosi partai dari dalam,” jelasnya.

Apalagi jumlah kursi yang diperebutkan itu hanya tujuh kursi, ingin sangat terbatas karena peminatnya sangat banyak. Pasti ada yang harus mengalah atau dikalahkan untuk mendapatkan tiket partai ini. Partai juga akan selektif dalam memilih caleg. Karena partai sebagian besar bukan berbasis kader murni, cenderung untuk mendulang suara ingin yang instan.

“Yang dipilih tentu orang yang punya popularitas tinggi dan punya sumber dana yang cukup untuk memobilisir masa. Dua hal ini yang perlu untuk mendulang suara. Kalau tidak seperti ini partai akan kesulitan dalam mendulang suara, sementara kebutuhan partai itu untuk mendulang suara,” ujarnya.
Dengan adanya perebutan tiket untuk duduk sebagai wakil rakyat ini akan berdampak kepada kemungkinan pecahnya soliditas kader suatu partai. Untuk itu, suatu partai seharusnya punya mekanisme yang jelas dalam menyeleksi caleg.

“Kalau sistemnya jelas kecenderungan untuk ribut bisa diminimalisir. Misalnya persyaratan yang mau nyaleng harus hadir dalam setiap kegiatan partai dan lainnya. Kalau ada kriteria semacam ini, bagi yang tidak bisa memenuhinya harus ditolak oleh tim seleksi. Jangan terakhir datang dan menyumbang banyak, lalu ini dipilih. Ini tidak sehat bagi partai dan tidak membentuk kader yang loyal,” tukasnya.

Dengan tidak adanya jaminan sesorang bisa menjadi caleg, kader tidak akan loyal dengan partainya. Loyalitas ini selalu berhubungan dengan manfaat apa yang bisa dia ambil dan apa keuntungannya jadi kader.

“Misalnya apakah dia dilindungi, dapat jaminan jadi caleg misalnya. Kalau tidak seperti ini orang cenderung tidak mau loyal terhadap partai,” tandasnya.
Sementara itu, Dasril Rajab, Pengamat Politik Jambi perebutan tiket partai yang berujung dengan perpecahan kader ini dikarenakan dalam memutuskan caleg suatu partai tidak taat kepada aturan yang telah disepakati. Masing-masing partai tentu punya tata cara pencalegan yang tercantum dalam AD/ART.

“Disitu ditentukan beberapa kriteria-kriteria, seperti pendidikan, pengalaman dan lain sebagainya. Kalau ini dituruti kemungkinan perpecahan bisa dihindari,” ujarnya.
Tapi persoalannya, ada kader yang merasa dirinya sudah lama mengabdi dan tidak pernah dicalonkan, tapi ada calon yang mendadak dengan beberapa keunggulan, seperti mempunyai uang banyak dan punya masa ini lebih didahulukan.

“Ketaatan terhadap peraturan mulai diabaikan, sehingga terjadilah ketidaksenangan dari anggota partai. Maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi disintegrasi dari partainya,” katanya.

Dengan persoalan ini, akan ada kader yang pindah partai karena melihat prospek ke depan lebih menjanjikan. Bisa juga karena pengurus partai yang pilih kasih, yang lebih mengutamakan keluarganya atau orang-orang dekatnya. Sedangkan dampaknya terhadap partai, menurut Dasril relativ. Tergantung siapa yang keluar dari partai tersebut atau berapa banyak yang keluar. “Kalau pindahnya satu dua tidak terpengaruh, tapi kalau banyak, tentu basis partai juga akan berpindah,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua DPC Demokrat Kota Jambi, As Budianto kepada harian ini mengaku dirinya telah mendaftarkan diri untuk menjadi Caleg DPR RI.
“Kita sudah mendaftarkan diri untuk caleg DPR RI Dapil Jambi,” ujarnya.
Mengenai peluang, ia menyerahkan sepenuhnya kepada partai tempat ia bernaung. Ia enggan memastikan dirinya bisa maju atau tidak. “Untuk keputusannya kita serahkan kepada partai,” katanya.

Herman Kadir yang saat ini juga duduk sebagai Anggota Komisi II DPR RI juga menyatakan akan kembali maju sebagai wakil rakyat di Senayan Dapil Jambi. “Insyaallah saya akan maju lagi ke DPR RI,” sebutnya.

H Bakri Anggota DPR RI Dapil Jambi saat dikonfirmasi juga mengungkapkan hal yang senada. Dirinya juga telah mendaftarkan diri sebagai Caleg untuk mewakili masyarakat Jambi.
“Insyaallah kita maju lagi dan sudah mendaftarkan diri,” katanya.

Untuk kepastian mendapatkan tiket atau tidak, ia menyerahkan sepenuhnya kapada DPP PAN. “Sekarang belum final, kita masih menunggu DCT. Keputusannya ditangan DPP,” tukasnya. (jambiekspres)
Komentar
 

Category 2

.